Articles

Penyakit DBD dan Tipes : Apa Perbedaannya?

Tipes dan DBD memiliki gejala yang mirip sehingga sering kali membuat orang sulit untuk membedakannya. Pada umumnya gejala yang timbul adalah kondisi badan seperti tiba-tiba lemas dan muncul demam tinggi. Untuk dapat membedakan kedua penyakit ini, mari ketahui lebih lanjut cara membedakan tipes dan DBD agar bisa ditangani dengan tepat.

Cara Membedakan Tipes dan DBD Berdasarkan Penyebabnya

Perbedaan tipes dan DBD yang pertama dapat dilihat dari penyebabnya. Tipes dan DBD adalah dua penyakit berbeda yang sama-sama menimbulkan infeksi di dalam tubuh manusia. Namun tahukah Anda, ternyata penyebab dari kedua jenis penyakit tersebut benar-benar berbeda?

1. DBD

Demam berdarah dengue atau sering juga disebut DBD disebabkan oleh virus dengue (DEN-virus) yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Jenis nyamuk satu ini sangat mudah untuk ditemukan di daerah tropis dan subtropis terutama ketika musim penghujan tiba.1

Indonesia sendiri menjadi salah satu wilayah tropis terbesar di dunia. Oleh karena itu, tidak heran jika DBD menjadi penyakit yang sering terjadi di negeri ini. 

2. Tipes

Dalam dunia medis, tipes dikenal sebagai demam tifoid atau typhoid fever. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serovar typhi dan paratyphi. Penyakit ini menular terutama melalui jalur fecal-oral,atau dengan kata lain melalui makanan dan minuman, atau tangan yang terkontaminasi oleh bakteri.2,3

Perlu diketahui, bahwa penyakit tipes ini awalnya disebut “tipes” karena penamaan yang salah. Dalam dunia medis internasional, penyakit tipes atau tipus ini merujuk pada “typhus” yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia dan Orientia. Walaupun namanya mirip, typhus ini berbeda dengan tipes yang kita kenal di Indonesia. Typhoid fever (demam tifoid) atau yang kita kenal di Indonesia sebagai “tipes”, mendapatkan namanya karena gejala yang ditimbulkan mirip dengan typhus namun disebabkan oleh bakteri yang berbeda. Typhus sendiri berasal dari Bahasa Yunani “typhos” yang berarti kabut atau asap. Dinamakan demikian karena para pasien penderita penyakit tersebut seringkali mengalami penurunan kesadaran atau kesadaran yang berkabut akibat komplikasi penyakit.4,5

Penanganan DBD atau tipes harus dilakukan dengan tepat karena akibat yang ditimbulkan bisa membahayakan nyawa.

Cara Membedakan Tipes dan DBD Berdasarkan Gejala

Selain dari penyebabnya, ada juga perbedaan lain yang dimiliki oleh kedua jenis penyakit ini. Perbedaan tersebut terletak pada gejala yang muncul pada saat diderita. Beberapa perbedaan tipes dan DBD dilihat dari gejalanya adalah sebagai berikut. 

1. Bintik atau Ruam Merah

Gejala DBD biasanya ditandai dengan munculnya ruam yang dapat disertai dengan bintik merah berukuran kecil yang disebabkan oleh perdarahan di bawah kulit. Apabila ditekan, bintik merah itu tidak hilang atau pudar. Penderita DBD juga sering mengalami perdarahan ringan pada gusi atau mimisan walaupun tidak semua penderita DBD akan mengalaminya. Perdarahan yang terjadi di sistem pencernaan dapat muncul sebagai tinja berwarna kehitaman.6

Hal ini berbeda dengan gejala penyakit tipes. Pada tipes ruam juga dapat muncul terutama pada dada atau perut, namun bisa juga muncul di bagian tubuh lain seperti tangan. Berbeda dengan DBD, bintik tersebut tidak disebabkan oleh perdarahan, tetapi dipicu oleh pembekuan darah yang disebabkan oleh bakteri Salmonella. Bintik merah pada tipes biasanya baru muncul pada minggu ke-2 setelah terinfeksi, atau bahkan tidak muncul sama sekali terutama pada orang berkulit gelap. Apabila muncul, bintik ini akan memudar saat ditekan.6,7

2. Waktu Kejadian dan Faktor Risiko

Cara membedakan tipes dan DBD selanjutnya adalah dari waktu kejadian dan faktor risiko penyakit itu sendiri. Perlu dipahami, DBD adalah penyakit musiman yang kejadiannya meningkat ketika musim penghujan tiba. Umumnya, lingkungan dengan banyak genangan air dan sarang nyamuk akan menjadi pusat penyebaran demam berdarah.8

Berbeda dengan DBD, penyakit tipes bukanlah penyakit musiman. Tipes bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja. Tipes bisa terjadi sepanjang tahun dan biasanya terkait dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi, kurangnya kebiasaan cuci tangan, dan lingkungan dengan sanitasi yang buruk.2       

3. Rasa Nyeri yang Muncul

Rasa nyeri yang muncul juga menjadi salah satu cara membedakan tipes dan DBD. Penderita DBD umumnya mengalami nyeri kepala di belakang mata, nyeri pada persendian dan otot yang muncul setelah demam terjadi. Selain itu, penderita DBD juga akan mengalami rasa mual dan muntah.1

Pada pasien tipes, dapat timbul gejala yang mirip seperti nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri perut, dan mual muntah. Adapun nyeri sendi umumnya tidak separah pada DBD dan gejala pada perut lebih menonjol.

Selain itu pasien tipes sering mengalami konstipasi atau diare.9

3. Karakteristik Demam

Selain perbedaan yang ada pada penyebab dan gejala, ternyata ada juga perbedaan lain yang dimiliki oleh keduanya. Perbedaaan lain tersebut ada pada demam yang dialami penderita. Perbedaan tersebut antara lain:

  • Demam pada DBD10,11
    • Pada penderita DBD, demam umumnya muncul mendadak dengan suhu tinggi berkisar antara suhu 39oC hingga 40oC (derajat Celcius).
    • Durasi demam pada penderita DBD biasanya berkisar antara dua hingga tujuh hari.
    • Pada sebagian pasien, demam dapat memiliki karakteristik pelana kuda. Yaitu turun pada hari ke-3 atau 4 (masa kritis) dan naik kembali pada hari ke-5 atau 6 (masa penyembuhan). 
  •  Demam pada Tipes12,13
    • Demam pada penyakit tipes biasanya muncul dengan sangat perlahan, umumnya 7-14 hari sejak terjangkit bakteri.
    • Biasanya kenaikan suhu tubuh tidak mendadak tinggi, namun akan terus naik selama beberapa hari. 
    • Apabila tidak diobati, demam dapat bertahan lebih dari 7 hari. 

 Tabel berikut memuat rangkuman perbedaan antara DBD dengan Tipes.

KarakteristikDBDTipes
PenyebabDEN virusBakteri Salmonella
PenularanMelalui gigitan nyamuk Aedes aegyptibetinaMelalui makanan/minuman yang terkontaminasi, atau tangan yang terkontaminasi
GejalaNyeri kepala di belakang mata, nyeri sendi dan otot, nyeri perut, mual muntahNyeri kepala, dapat terdapat nyeri sendi dan otot tapi tidak dominan, nyeri perut lebih jelas. Mual muntah, disertai diare atau konstipasi
RuamDisertai bintik merah yang tidak memudar dengan penekananBintik merah yang memudar dengan penekanan
DemamTimbul mendadak, suhu langsung tinggi.  Dapat menyerupai pelana kuda (turun sementara kemudian naik lagi)Timbul perlahan-lahan, namun akan terus naik selama beberapa hari

Demikianlah beberapa perbedaan utama antara DBD dan tipes. Meskipun kedua penyakit tersebut memberikan gejala yang berbeda, seringkali kedua penyakit tersebut sukar dibedakan tanpa pemeriksaan oleh dokter. Oleh karena itu, apabila mengalami demam lebih dari 3 hari (>72 jam) disarankan untuk mengunjungi dokter terdekat. 

Daftar Pustaka:

1. Kularatne SA, Dalugama C. Dengue infection: Global importance, immunopathology and management. Clin Med Lond Engl. 2022;22(1):9-13. doi:10.7861/clinmed.2021-0791
2. Alba S, Bakker MI, Hatta M, et al. Risk Factors of Typhoid Infection in the Indonesian Archipelago. PLoS ONE. 2016;11(6):e0155286. doi:10.1371/journal.pone.0155286
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Tipus. Published August 24, 2022. Accessed May 22, 2023. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1376/tipus#:~:text=Tipes%20atau%20demam%20tifoid%20adalah,dan%20minuman%20yang%20telah%20terontaminasi.
4. Moorhead R. William Budd and typhoid fever. J R Soc Med. 2002;95(11):561-564.
5. Chakraborty S, Sarma N. Scrub Typhus: An Emerging Threat. Indian J Dermatol. 2017;62(5):478-485. doi:10.4103/ijd.IJD_388_17
6. Thomas EA, John M, Kanish B. MUCOCUTANEOUS MANIFESTATIONS OF DENGUE FEVER. Indian J Dermatol. 2010;55(1):79-85. doi:10.4103/0019-5154.60359
7. Lee B, Rose E. Other Potentially Life-Threatening Conditions with Mucocutaneous Findings (Leptospirosis, Typhoid Fever, Dengue, Diphtheria, Murine Typhus). Life-Threat Rashes. Published online September 12, 2018:319-347. doi:10.1007/978-3-319-75623-3_23
8. Mehmood A, Khalid Khan F, Chaudhry A, et al. Risk Factors Associated with a Dengue Fever Outbreak in Islamabad, Pakistan: Case-Control Study. JMIR Public Health Surveill. 2021;7(12):e27266. doi:10.2196/27266
9. Basnyat B, Qamar FN, Rupali P, Ahmed T, Parry CM. Enteric fever. The BMJ. 2021;372:n437. doi:10.1136/bmj.n437
10. Gan VC. Dengue: Moving from Current Standard of Care to State-of-the-Art Treatment. Curr Treat Options Infect Dis. 2014;6(3):208-226. doi:10.1007/s40506-014-0025-1
11. Heilman JM, Wolff JD, Beards GM, Basden BJ. Dengue fever: a Wikipedia clinical review. Open Med. 2014;8(4):e105-e115.
12. Gibani MM, Britto C, Pollard AJ. Typhoid and paratyphoid fever: a call to action. Curr Opin Infect Dis. 2018;31(5):440-448. doi:10.1097/QCO.0000000000000479
13. Habte L, Tadesse E, Ferede G, Amsalu A. Typhoid fever: clinical presentation and associated factors in febrile patients visiting Shashemene Referral Hospital, southern Ethiopia. BMC Res Notes. 2018;11:605. doi:10.1186/s13104-018-3713-y


Download artikel tentang “Penyakit DBD dan Tipes: Apa perbedaanya?”

traveler
wisata 

×