Articles

Penanganan Gagal Ginjal Kronis, Lebih Baik Cuci Darah atau Transplantasi Ginjal?

Ginjal merupakan organ tubuh yang memiliki fungsi krusial, sebab ginjal dapat membuang sisa zat metabolisme dalam darah dan mengeluarkannya melalui urin.

Seseorang yang terkena gagal ginjal kronis, fungsi ginjalnya akan terganggu dan tidak dapat lagi menyaring kotoran, mengontrol air dalam tubuh, hingga mengatur kadar garam dan kalsium dalam darah. Zat-zat metabolisme yang tidak berguna ini akan mengendap hingga membahayakan kondisi tubuh.

Sampai saat ini terdapat dua cara penanganan gagal ginjal kronis yang disarankan, yakni cuci darah (hemodialisis) dan transplantasi ginjal. Lalu, manakah penanganan yang lebih baik untuk pasien gagal ginjal kronis? Adakah obat gagal ginjal kronis yang bisa dikonsumsi tanpa harus cuci darah dan transplantasi?

Untuk menjawabnya, mari baca artikel ini sampai habis!

Perbedaan Cuci Darah dan Transplantasi Ginjal

  •  Metode Cuci Darah (Hemodialisis)

Pada dasarnya, hemodialisis adalah proses penyaringan limbah dan cairan dalam tubuh dengan mesin atau memanfaatkan rongga perut. Normalnya, proses ini dilakukan sendiri oleh ginjal yang sehat. Namun pada kondisi gagal ginjal kronis, proses ini perlu dibantu dengan alat medis.

Pada kasus gagal ginjal kronis, tindakan hemodialisis wajib dilakukan seumur hidup. Hal ini dikarenakan tidak ada pengobatan untuk kondisi gagal ginjal. Namun apabila pasien hendak memutuskan untuk transplantasi ginjal, maka hemodialisis tetap dilakukan selagi menunggu donor ginjal yang cocok.

Untuk melakukan rangkaian hemodialisis, biasanya pasien harus menjalani 2-3 kali seminggu dengan rata-rata waktu 4-5 jam per sesi tergantung pada kondisi pasien.

  •  Risiko dan Efek Samping Hemodialisis

Setiap tindakan pasti memiliki faktor risiko dan efek samping. Pada umumnya efek samping yang sering terjadi adalah tidak terkendalinya tekanan darahanemiakram otot, sakit kepala, mual, pusing, sesak napas, menggigil, dan badan lemah.

Efek samping lainnya dari hemodialisis adalah terkait pemasangan catheter double lumen (CDL) atau akses pada pembuluh darah, yakni nyeri pada tempat tusukan, perdarahan, pelebaran pembuluh darah, dan infeksi.

  •  Metode Transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal merupakan langkah medis yang sering disebut sebagai langkah terbaik penanganan gagal ginjal kronis. Sebab, ginjal yang rusak akan diganti dengan ginjal sehat dari pendonor,  metode ini sangat membantu perpanjangan usia penderita gagal ginjal stadium akhir.

Terdapat dua sumber pendonor, yakni donor hidup dan donor meninggal. Pendonor hidup bisa didapatkan dari pihak keluarga pasien. Selain dari keluarga, pendonor juga bisa berasal dari orang lain yang dengan sukarela berniat memberikan ginjalnya, sebagaimana diatur dalam perundang-undangan di Indonesia.

Selain dari pendonor hidup, ginjal juga bisa diperoleh dari pendonor yang baru meninggal dan telah bersedia mewariskan organ tubuhnya secara resmi untuk kepentingan medis.

Di Indonesia sendiri transplantasi ginjal dari pendonor meninggal belum dapat dilakukan sampai saat ini.

Risiko dan Efek Samping Transplantasi Ginjal

Ada faktor risiko jangka pendek dan jangka panjang dari prosedur transplantasi ginjal yang perlu diketahui. Di antaranya adalah sebagai berikut.

Risiko jangka pendek meliputi infeksi, penyempitan pembuluh darah ginjal, penggumpalan darah, kebocoran urine, penolakan tubuh atas ginjal baru, serangan jantung, stroke, hingga kematian.

Pada jangka panjang, transplantasi juga menimbulkan risiko sel imun tubuh pasien menyerang ginjal baru karena dianggap sebagai benda asing dalam tubuh. Komplikasi ini bisa terjadi dalam beberapa minggu pasca operasi, bisa juga muncul beberapa tahun kemudian.

Lebih Baik Cuci Darah atau Transplantasi Ginjal?

Pasien yang mendapatkan transplantasi ginjal pada umumnya dapat bertahan hidup lebih lama daripada mereka yang melakukan cuci darah.

Penelitian pun menunjukkan bahwa pasien yang telah hidup dengan transplantasi ginjal selama 10 tahun memiliki kemungkinan lebih besar untuk tetap hidup dibandingkan dengan pasien yang menjalani hemodialisis. Untuk setiap 10 pasien yang menerima ginjal baru, 8 pasien mendapati ginjalnya masih bekerja dengan baik, bahkan hingga tiga tahun setelah operasi.

Penerima donor ginjal juga memiliki peningkatan kualitas hidup yang jauh lebih baik. Mereka tidak perlu lagi menghabiskan waktu setiap minggu untuk cuci darah, bahkan dapat beraktivitas dengan normal kembali.

Selain itu, pasien dengan transplantasi memiliki jumlah pantangan makan yang lebih sedikit, risiko masalah Kesehatan yang lebih minim, dan memiliki lebih banyak energi.

Dapat dikatakan pasien yang menerima ginjal baru dapat memiliki usia dan kualitas hidup yang lebih baik daripada pasien yang menjalani dialisis.

Sehingga di antara kedua pilihan penanganan kasus ginjal ini, secara medis opsi transplantasi banyak disarankan sebagai pilihan terbaik untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien gagal ginjal.

Artikel ini bersumber dari siloamhospitals.com, klik untuk ketahui informasi kesehatan lainnya.


Download artikel tentang “Penanganan Gagal Ginjal Kronis, Lebih Baik Cuci Darah atau Transplantasi Ginjal?”

traveler
wisata 

×