Articles

Gempa Megathrust: Memahami Ancaman dan Strategi Mitigasi di Indonesia

Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi di zona subduksi, di mana lempeng tektonik yang lebih padat (biasanya lempeng samudera) menyusup ke bawah lempeng yang lebih ringan (biasanya lempeng benua). Gempa ini adalah yang terkuat di dunia, dengan magnitudo mencapai 8,0 hingga 9,0. Selain getaran dahsyat, gempa megathrust sering kali memicu tsunami besar yang dapat menghancurkan wilayah pesisir dalam waktu singkat.

LATAR BELAKANG

Zona megathrust adalah wilayah pertemuan lempeng tektonik di mana salah satu lempeng tektonik menyusup (subduksi) ke bawah lempeng lainnya. Zona ini biasanya terletak di batas konvergen lempeng tektonik, seperti antara lempeng samudera dan lempeng benua. Indonesia, yang terletak di atas jalur subduksi aktif, memiliki pengalaman gempa megathrust yang signifikan. Salah satunya adalah Gempa dan Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004, dengan magnitudo 9,1–9,3 yang terjadi di zona subduksi lepas pantai barat Sumatra. Peristiwa ini menjadi salah satu gempa megathrust terbesar dalam sejarah modern, menyebabkan tsunami besar yang menghantam lebih dari 14 negara di Samudra Hindia, dengan korban jiwa di Aceh mencapai lebih dari 170.000 orang dan kerusakan infrastruktur besar-besaran. Selanjutnya, Gempa Mentawai pada 25 Oktober 2010, dengan magnitudo 7,7 mengguncang zona subduksi Mentawai di lepas pantai Sumatra Barat. Gempa ini memicu tsunami setinggi 3 meter di beberapa pulau Mentawai, menewaskan lebih dari 400 orang dan memaksa ribuan warga mengungsi. Gempa Bengkulu pada 12 September 2007, dengan magnitudo 8,4, terjadi di zona subduksi lepas pantai Bengkulu dan menyebabkan kerusakan besar di Bengkulu dan Padang, dengan korban jiwa mencapai puluhan serta ribuan bangunan rusak. Sebagai perbandingan.

Tsunami Aceh (Sebelum & Sesudah)

Dari serangkaian peristiwa gempa bumi di atas, terihat Indonesia sangat rawan gempa megathrust karena letak geografisnya yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), tempat bertemunya beberapa lempeng tektonik aktif yang terus bergerak dan berinteraksi. Berikut adalah alasan utama mengapa Indonesia rentan terhadap gempa megathrust:

  1. Zona Subduksi Aktif

Indonesia berada di zona subduksi yang aktif yaitu pertemuan tiga lempeng tektonik utama, antara lain:

  • Lempeng Indo-Australia: Bergerak ke arah utara, menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.
  • Lempeng Eurasia: Relatif stabil, menopang sebagian besar daratan Indonesia.
  • Lempeng Pasifik: Bergerak ke barat dan berinteraksi dengan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
Lempeng Tektonik

Interaksi antara lempeng-lempeng ini menciptakan zona subduksi. Beberapa zona subduksi utama di Indonesia yang rawan gempa megathrust adalah:

  • Zona Subduksi Sunda: Dari Sumatra hingga ke Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
  • Zona Subduksi Banda: Di daerah timur Indonesia, di sekitar Kepulauan Maluku dan Banda.

Zona subduksi di sepanjang Samudra Hindia dan Pasifik sering menjadi sumber gempa megathrust besar. Wilayah pesisir Indonesia, terutama Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, sangat dekat dengan zona ini, sehingga rentan terhadap dampak langsung gempa dan tsunami.

Zona Subduksi Sunda & Banda

Berdasarkan zona subduksi sunda & banda tersebut, maka wilayah Indonesia yang berpotensi dilanda gempa sebagai berikut:

Source: Buku Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) 2017
Wilayah di Indonesia yang berpotensi dilanda Gempa Megathrust
  • Gerakan Lempeng yang Cepat

Lempeng Indo-Australia bergerak dengan kecepatan sekitar 5-7 cm per tahun, salah satu kecepatan gerak lempeng tercepat di dunia. Kecepatan ini meningkatkan akumulasi tekanan di zona subduksi, sehingga potensi pelepasan energi dalam bentuk gempa megathrust menjadi lebih besar.

  • Struktur Geologi yang Kompleks

Selain zona subduksi, Indonesia juga memiliki sesar aktif[6] (fault lines) seperti Sesar Sumatra, Sesar Palu-Koro, dan Sesar Lembang, yang berkontribusi pada aktivitas seismik yang tinggi. Kompleksitas ini menjadikan Indonesia salah satu wilayah dengan aktivitas seismik tertinggi di dunia.

  • Minimnya Kesadaran dan Infrastruktur Tahan Gempa

Banyak wilayah di Indonesia yang belum sepenuhnya menerapkan standar bangunan tahan gempa. Karena itu, kurangnya kesadaran masyarakat dan kesiapan mitigasi bencana juga memperburuk dampak gempa megathrust.

  • Sejarah Kegempaan yang Aktif

Indonesia memiliki sejarah panjang gempa megathrust, termasuk Gempa dan Tsunami Aceh (2004), Gempa Mentawai (2010), dan Gempa Bengkulu (2007). Sejarah ini menunjukkan bahwa zona-zona megathrust di Indonesia sangat aktif.

Gempa megathrust cenderung mengikuti siklus tertentu, di mana tekanan yang terakumulasi di zona subduksi dilepaskan dalam bentuk gempa besar. Siklus ini, meskipun tidak selalu teratur, menunjukkan bahwa gempa megathrust dapat terjadi kembali di wilayah rawan seperti Sumatra dan Jawa.

PROSES TERJADINYA GEMPA MEGATHRUST

Ilustrasi Gempa Megathrust

Gempa megathrust terjadi karena interaksi antara lempeng tektonik di zona subduksi di mana satu lempeng tektonik (biasanya lempeng samudra) bergerak masuk di bawah lempeng lain (biasanya lempeng benua). Proses ini menghasilkan akumulasi energi yang sangat besar di batas antar lempeng. Berikut adalah proses terjadinya gempa megathrust :

  1. Tumbukan Lempeng Tektonik

Di zona subduksi, lempeng samudra yang lebih padat dan dingin bergerak ke bawah (subduksi) di bawah lempeng benua yang lebih ringan dan kaku. Gerakan ini terjadi secara perlahan, namun tidak selalu mulus, sehingga menghasilkan penumpukan energi dalam bentuk stres atau tekanan.

  • Penguncian Lempeng (Locked Zone)

Di beberapa area zona subduksi, lempeng-lempeng tersebut “terkunci” karena gesekan di antara mereka terlalu kuat. Penguncian ini mencegah gerakan lempeng secara bebas, dan akibatnya energi elastis terus terakumulasi di sepanjang batas lempeng. Zona yang terkunci ini biasanya mencakup area yang sangat luas, yang bisa mencapai ratusan kilometer.

  • Akumulasi Energi

Seiring berjalannya waktu, tekanan dari pergerakan lempeng terus bertambah. Karena lempeng samudra terus bergerak masuk ke bawah lempeng benua, energi elastis yang tersimpan di zona subduksi semakin besar. Namun, karena gesekan antar lempeng, gerakan ini tertahan hingga batas tertentu.

  • Pelepasan Energi (Gempa Megathrust)

Ketika gaya yang menekan lempeng-lempeng ini melebihi kekuatan gesekan yang mengunci mereka, tiba-tiba terjadi pelepasan energi yang sangat besar. Pelepasan energi ini memicu gempa megathrust, dengan lempeng samudra secara tiba-tiba bergerak ke bawah lempeng benua. Pelepasan ini menyebabkan pergeseran vertikal dasar laut, yang seringkali juga memicu tsunami.

  • Tsunami

Salah satu ciri khas dari gempa megathrust adalah potensi tsunami besar. Pergeseran vertikal dasar laut menggerakkan sejumlah besar air, menciptakan gelombang tsunami yang bisa menyebar dengan cepat ke berbagai wilayah pesisir. Tsunami ini seringkali jauh lebih mematikan daripada gempa itu sendiri, terutama di daerah pesisir yang dekat dengan pusat gempa.

RISIKO DAN MITIGASI GEMPA MEGATHRUST DI INDONESIA

Gempa megathrust di Indonesia merupakan ancaman serius karena potensi magnitudonya yang besar dan dampaknya yang meluas, termasuk tsunami, kerusakan infrastruktur, dan korban jiwa.

Berikut adalah risiko yang mungkin terjadi terkait gempa megathrust di Indonesia:

  1. Tsunami
  2. Gempa megathrust sering menyebabkan tsunami besar, karena pergeseran vertikal dasar laut yang menggeser air secara masif. Tsunami bisa menyapu wilayah pesisir dalam waktu singkat setelah gempa, seperti yang terjadi pada tsunami Samudra Hindia 2004.
  3. Daerah-daerah seperti pesisir barat Sumatra, Jawa, dan Bali memiliki risiko tsunami tinggi karena dekat dengan zona subduksi aktif.
  4. Kerusakan Infrastruktur
  5. Gempa berkekuatan besar bisa menyebabkan kerusakan parah pada bangunan, jembatan, jalan, dan infrastruktur kritis lainnya. Wilayah yang padat penduduk dan infrastruktur yang kurang tahan gempa berisiko mengalami kerusakan besar.
  6. Gedung-gedung tinggi, bendungan, dan fasilitas industri juga terancam rusak atau runtuh, yang dapat menambah korban jiwa dan dampak ekonomi.
  7. Korban Jiwa dan Luka-luka

Gempa megathrust dapat menyebabkan runtuhnya bangunan, tanah longsor, dan bencana lain yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Selain itu, korban luka bisa sangat banyak karena bangunan runtuh dan puing-puing yang berjatuhan.

  • Dampak Ekonomi

Gempa megathrust besar dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Kerusakan infrastruktur, terganggunya aktivitas industri, dan biaya rehabilitasi pasca-bencana dapat menghancurkan perekonomian lokal dan nasional.

  • Gangguan Sosial

Gempa besar sering memicu migrasi massal, kehilangan tempat tinggal, dan masalah sosial lainnya. Daerah yang terdampak mungkin memerlukan waktu lama untuk pulih.

Melihat begitu besar resiko dan potensi kerugian yang akan dialami aibat gempa megathrust, maka berikut adalah tindakan mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko gempa megathrust di Indonesia:

  1. Sistem Peringatan Dini Tsunami
  2. Indonesia memiliki Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) https://inatews.bmkg.go.id/ yang dirancang untuk mendeteksi gempa besar di zona subduksi dan memberikan peringatan dini untuk tsunami.
  3. Pemerintah juga bekerja sama dengan lembaga internasional untuk memantau aktivitas seismik dan mengembangkan sistem yang lebih canggih.
  4. Penting bagi masyarakat di daerah rawan tsunami untuk mengetahui jalur evakuasi dan segera mengevakuasi setelah menerima peringatan.
  5. Bangunan Tahan Gempa
  6. Pembangunan infrastruktur dengan standar tahan gempa sangat penting, terutama di daerah yang rawan gempa megathrust seperti Sumatra, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
  7. Evaluasi berkala dan retrofit[7] bangunan lama juga harus dilakukan untuk memastikan mereka memenuhi standar tahan gempa.
  8. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan regulasi dan panduan teknis mengenai desain bangunan tahan gempa, yaitu SNI 1726:2019. Standar ini mengatur bahwa :
  9. Struktur bangunan harus memiliki sistem pemikul gaya lateral atau vertikal, kekuatan, kekakuan, dan kemampuan menyerap energi yang memadai.
  10. Pondasi harus menumpu pada tanah yang kuat.

Contoh Implementasinya pada bangunan :

Bangunan Rumah Tinggal di Wilayah Rawan Gempa

  1. Struktur:
  2. Menggunakan kolom beton bertulang dengan dimensi minimum yang ditentukan oleh SNI.
  3. Dinding bata ringan dengan penguat (ring balok dan sloof) untuk meningkatkan kekakuan.
  4. Pondasi:
  5. Pondasi batu kali digunakan jika tanah cukup keras.
  6. Jika tanah lunak, digunakan pondasi tiang pancang mini.
  7. Desain Atap:

Menggunakan bahan ringan seperti baja ringan untuk mengurangi beban vertikal.

Gedung Bertingkat Tinggi di Wilayah Rawan Gempa

  1. Struktur:
  2. Sistem ganda: rangka baja atau beton bertulang dipadukan dengan dinding geser di sekitar inti lift.
  3. Sambungan balok-kolom dirancang untuk menyerap energi dari deformasi akibat gempa.
  4. Pondasi:
  5. Menggunakan bored pile sedalam 30-50 meter hingga mencapai lapisan tanah keras.
  6. Dilakukan analisis geoteknik untuk memastikan stabilitas pondasi.
  7. Fasilitas Tambahan:

Dilengkapi perangkat isolasi seismik (base isolator) di pondasi untuk meredam gaya gempa sebelum mencapai struktur utama.

  • Edukasi dan Latihan

Edukasi dan latihan yang dapat dilakukan di antaranya :

  • Rumah Tangga

Edukasi: Ajarkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak, tentang langkah penyelamatan diri saat gempa (seperti berlindung di bawah meja kokoh atau di dekat dinding kuat), pentingnya memperkuat struktur rumah agar tahan gempa, serta menyiapkan tas siaga bencana berisi kebutuhan darurat (senter, makanan, air, obat, dan dokumen penting).

Latihan: Lakukan simulasi gempa secara rutin bersama keluarga untuk menentukan tempat berlindung, jalur evakuasi tercepat menuju area aman, dan memastikan setiap anggota tahu cara menggunakan alat komunikasi darurat serta kontak penting.

  • Perkantoran

Edukasi: Adakan sosialisasi rutin melalui seminar, pelatihan, dan panduan tertulis untuk mengenalkan bahaya gempa, langkah penyelamatan diri, jalur evakuasi, titik kumpul aman, serta pentingnya memastikan keamanan furnitur di kantor.

Latihan: Selenggarakan simulasi evakuasi gempa secara berkala, termasuk skenario tanggap darurat seperti kebakaran atau korban terjebak, sambil memastikan karyawan memahami lokasi struktur aman dan jalur evakuasi di gedung.

  • Pabrik

Edukasi: Berikan pelatihan kepada pekerja tentang bahaya gempa, cara melindungi diri di area produksi, identifikasi potensi bahaya (seperti mesin terguling atau bahan kimia tumpah), dan prosedur penghentian mesin serta peralatan berat saat gempa.

Latihan: Lakukan simulasi rutin untuk menghentikan operasi mesin berat dengan aman, evakuasi melalui jalur yang menghindari area berisiko, dan memastikan pekerja tahu cara mengamankan alat berat agar tidak membahayakan keselamatan.

  • Peta Risiko dan Zonasi
  • Peta risiko gempa dan tsunami yang akurat dapat membantu dalam perencanaan tata ruang wilayah. Pemerintah perlu memastikan bahwa bangunan dan infrastruktur penting dibangun di daerah yang relatif aman.
  • Zonasi pesisir, khususnya di wilayah rawan tsunami, juga perlu diperketat dengan membuat zona buffer atau wilayah hijau yang tidak boleh dibangun di daerah dengan risiko tinggi.
  • Penguatan Kesiapan dan Respon Darurat
  • Pemerintah Indonesia, melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), terus memperkuat kapasitas respons darurat untuk menangani bencana gempa besar.
  • Pengembangan logistik, tim SAR, dan penyediaan bantuan darurat sangat penting dalam menghadapi dampak bencana besar seperti gempa megathrust.
  • Pemantauan Seismik dan Penelitian
  • Pemantauan aktivitas seismik terus dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta lembaga-lembaga penelitian lainnya. Pengembangan riset tentang potensi gempa megathrust dan penilaian risiko sangat penting untuk memperbarui sistem peringatan dini dan strategi mitigasi.
  • Studi geologi, pemetaan zona subduksi, dan penelitian dampak gempa sebelumnya dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang kemungkinan kejadian gempa besar di masa depan.
  • Manajemen Lingkungan
  • Pengelolaan lingkungan yang baik, seperti penghijauan pesisir (penanaman mangrove), dapat membantu mengurangi dampak tsunami di wilayah pesisir dengan mengurangi kecepatan dan energi gelombang.

Langkah-langkah ini bertujuan untuk meminimalkan dampak bencana serta menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa ketika gempa megathrust terjadi. Sebagai negara dengan risiko gempa megathrust tinggi, kesiapsiagaan adalah kunci. Dengan perencanaan yang baik, edukasi, serta sistem peringatan dini yang efektif, Indonesia dapat meminimalkan dampak bencana ini. Namun, kerja sama semua pihak—dari pemerintah hingga masyarakat—diperlukan untuk memastikan keselamatan bersama.


  • Zona subduksi adalah wilayah di kerak bumi tempat lempeng tektonik samudra bergerak menunjam ke bawah lempeng tektonik benua atau lempeng lainnya, masuk ke dalam lapisan mantel bumi.
  • Lempeng tektonik adalah bagian dari lapisan luar Bumi yang terdiri atas kerak bumi dan bagian atas mantel (disebut litosfer). Lempeng-lempeng ini bergerak secara perlahan di atas lapisan mantel yang lebih lunak (astenosfer), karena pengaruh arus konveksi dalam mantel bumi. Pergerakan ini dapat menyebabkan berbagai fenomena geologi, seperti gempa bumi, pembentukan gunung, aktivitas vulkanik, dan pergerakan benua. Lempeng tektonik dapat bertemu, menjauh, atau saling bergeser, yang menciptakan batas-batas lempeng seperti konvergen, divergen, dan transformasi.
  • Lempeng samudra adalah bagian dari lempeng tektonik yang berada di bawah dasar samudra. Lempeng ini terutama terdiri dari kerak samudra, yang lebih tipis, lebih padat, dan lebih muda dibandingkan dengan kerak benua. Lempeng samudra biasanya terbentuk di punggung tengah samudra (mid-ocean ridge) melalui proses pemekaran dasar laut, di mana magma dari mantel bumi naik ke permukaan dan mendingin menjadi kerak baru.
  • Lempeng benua adalah bagian dari lempeng tektonik yang membentuk daratan atau kerak benua di permukaan bumi. Lempeng ini terdiri dari kerak benua, yang lebih tebal, lebih ringan, dan lebih tua dibandingkan dengan kerak samudra. Lempeng benua berada di atas mantel bumi dan bergerak perlahan akibat dinamika konveksi di dalam mantel
  • Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) adalah kawasan berbentuk seperti tapal kuda di sekitar Samudra Pasifik yang dikenal sebagai wilayah dengan aktivitas seismik dan vulkanik paling aktif di dunia. Zona ini mencakup rangkaian gunung berapi, palung laut, dan batas-batas lempeng tektonik yang terus bergerak.
  • Sesar aktif (fault lines) adalah patahan atau retakan di kerak bumi yang masih menunjukkan pergerakan atau aktivitas tektonik hingga saat ini. Aktivitas pada sesar aktif biasanya ditandai dengan pergeseran atau pergerakan lempeng di sepanjang patahan tersebut, yang dapat memicu gempa bumi.
  • Retrofit adalah proses memperkuat atau memperbarui struktur atau komponen bangunan yang sudah ada agar dapat memenuhi standar keselamatan, efisiensi, atau kinerja yang lebih baik tanpa harus membongkar atau mengganti bangunan tersebut secara keseluruhan.


[Marketing Communication LGI]

traveler
wisata 

×